Pages

Sabtu, 13 Maret 2021

Space Sweepers - Antara Khayalan dan Kenyataan

Kali ini mau  kupas movie Space Sweepers, mungkin kalau dibahas detil semua, saya bisa bikin skripsi dari satu film ini wkwk..  Space Sweepers merupakan film luar angkasa Korea pertama yang diproduksi dengan budget 24 Miliar Won ( ~21 juta USD).  Pandemi menyebabkan film ini batal tayang di bioskop yang akhirnya dibeli dan dirilis eksklusif oleh Netflix pada 5 Februari 2021 lalu. Dan sejak hari pertama dirilis langsung menduduki peringkat satu Top Movie Netflix World, dan bertahan di posisi satu selama beberapa hari. Menjadi Film Korea pertama yang menduduki no. 1 di 28 negara di luar Korsel. Sebenarnya ceritanya tidak serumit film Sci-fi pada umumnya, dan juga sengaja meninggalkan terlalu banyak plot-hole. Mengapa? karena Space Sweepers sendiri akan dikembangkan menjadi berbagai konten IP (Intellectual Property) seperti webtoon bisa dibaca disini ), game, spin-off dan sebagainya. Karena ada banyak plot hole menjadikannya  bisa dibahas panjang lebar dan tinggi hahaha.. jadi disini saya tidak akan mengulas filmnya ( pernah saya review cuman di status, dan akan saya taruh reviewnya di akhir tulisan ) tapi lebih membahas film ini dari berbagai pandangan. 



SINOPSIS

Space Sweepers mengambil setting tahun 2092 dimana bumi sudah tidak bisa ditinggali dan 5% populasi manusia membangun koloni dan hidup di luar angkasa. UTS (Utopia above The Sky) adalah perusahaan yang menciptakan kehidupan di luar angkasa, dipimpin oleh James Sullivan (Richard Armitage). Terbatasnya jumlah manusia yang diijinkan  tinggal di luar angkasa mengakibatkan ada seleksi besar-besaran  dan tentu saja mayoritas kaum borjuis (yang berduit dan berotak hebat) yang bisa  'hidup dan tinggal' di Eden buatan UTS. Namun demikian ada juga non-warga UTS yang diijinkan tinggal di luar angkasa, mereka adalah kelas pekerja kasar dan buruh pabrik. 

Adanya kehidupan di luar angkasa, membuat sampah luar angkasa juga dihasilkan, maka butuh pemulung angkasa ( Space Sweepers ) salah satunya adalah tim Victory, yang dipimpin oleh Captain Jang ( Kim Taeri) bersama awaknya Pilot Taeho ( Song Joongki ), Teknisi Tiger Park (Jin Sun Kyu) dan Robot Updong / Bubs ( Yu Haejin). Mereka berempat adalah orang-orang yang kasar, berantakan hidupnya, terlilit banyak hutang dan sering bertengkar satu sama lain. Suatu hari, saat membersihkan puing pesawat yang mereka dapatkan, tidak sengaja di dalamnya ditemukan sebuah robot humanoid bernama Dorothy (Park Yerin), yang merupakan senjata pemusnah massal. Kondisi tim Victory yang kepepet masalah keuangan membuat mereka cari jalan untuk mendapatkan uang dari penjualan Dorothy ke pihak lain. Namun tidak disangka UTS pun memburu Dorothy, jadi terseretlah tim Victory ke dalam masalah yang lebih rumit lagi yang menjadikan mereka sebagai buronan UTS. 

Berikutnya bakal bahas lebih dalam tentang film ini dan MENGANDUNG SPOILER! Bagi tim anti-spoiler bisa berhenti disini ^^


KARAKTER DALAM SPACE SWEEPERS

Pilot Kim Tae Ho ( Song Joong Ki )

Song Joongki adalah pemain yang pertama dicasting oleh sutradara Jo (tahun 2017), tentu saja mereka berdua adalah BFF sejak jaman A Werewolf Boy (2012), dimana saat itu Jo juga sudah mulai mengkonsep film ini dan sempat mendiskusikannya dengan Joongki.

Taeho, seorang pilot genius namun miskin, yang rela melakukan apa saja demi mendapatkan uang.  Awalnya, Taeho adalah prajurit yang dari remaja sudah dididik oleh UTS dan menjadi pemimpin pasukan khusus.  Semasa bekerja untuk UTS dia sempat menemukan anak dari penyusup angkasa yang orang tuanya mati terbunuh, kemudian diam-diam Taeho membesarkan anak perempuan tersebut. Karena menentang perintah atasan, Taeho pun dipecat dari pasukannya hingga akhirnya  jatuh miskin dan hidup menggelandang. 

Kisah masa lalu Taeho dijelaskan cukup detil di film ini. Dan sebagai benang merah, di versi webtoon diceritakan saat di tengah usahanya menghasilkan uang secara ilegal, Taeho  bertemu dengan Captain Jang dan bergabung dengan Tim Victory.


Captain Jang / Jang Sunjang (Kim Taeri)


Captain Jang merupakan karakter yang sangat kompleks namun tidak banyak dijelaskan di movie. Meski demikian sutradara Jo berhasil membuat karakter ini ikonik dan pemilihan Taeri sangat tepat. Dengan durasi dan dialog terbatas Taeri sanggup menjadi scene-stealer di tiap kemunculannya. 
Sutradara Jo berkata  "Captain Jang adalah karakter yang rumit, dia juga  pemimpin yang cerdas, adil dan punya bakat khusus. Karena itu saya pikir dengan Kim Taeri semua sudah beres, semua bisa berakhir hanya dengan satu tatapan. Matanya sangat cerah, dalam, liar dan cerdas. Lewat mata Kim Taeri tidak perlu panjang-lebar menjelaskan karakter Captain Jang dalam film." ( memang gak dipungkiri kekuatan Taeri di matanya, meski menurut saya pribadi, ini film terjeleknya Taeri...akibat durasi gak bisa tampil maksimal )

Sedikit latar belakangnya hanya dipaparkan melalui video buronan UTS. Namun lewat webtoonnya ( bisa dibaca disini ) masa lalu Captain Jang dibahas cukup detil.

Berdasarkan movie, nama asli Captain Jang adalah Jang Hyun-sook. Semasa kecil dia tumbuh di panti asuhan yang dikelola dan dibina UTS untuk ke depannya menjadi tenaga kerja masa depan UTS. Diberi nama UTS, Jina Smith. Sewaktu masih menjadi siswa UTS dia mengembangkan lensa AR 4D, senapan laser ringan dan bom EMP.
Saat kecil dia juga pernah dijadikan eksperimen nanobot namun tidak berhasil. Tapi karena otaknya yang genius, dia tidak dibunuh seperti anak lainnya, dia juga berhasil lulus tes dan direkrut sebagai pegawai UTS.


Beranjak dewasa dia berhasil mendapat posisi penting di UTS , yang membuatnya mengetahui suatu rahasia besar. Dia akhirnya juga tahu kalau dirinya diculik  saat masih kecil dan kedua orang tuanya dibunuh. Karena itulah dia begitu membenci UTS dan melarikan diri untuk membentuk kelompok pemberontak anti-UTS. Bersama anak buahnya , Captain Jang berusaha membunuh Sullivan, namun usahanya gagal dan semua anak buahnya terbunuh. 
 Kemudian setelah menjadi buronan, dia mengganti kornea mata dan mengubah namanya menjadi Jang Sin Ji. Setelah kegagalannya membunuh Sullivan dia menyembunyikan diri, menjadi seorang pemabuk,  dan bekerja sebagai pemulung angkasa. Berkat kejeniusannya dia sanggup merakit sendiri pesawat angkasa Victory yang mereka pakai. 


Captain Jang begitu terobsesi membunuh Sullivan, sehingga menanam micro chemical-bomb di giginya untuk bunuh diri bersama Sullivan jika ada kesempatan. Namun rencananya gagal, 4 detik sebelum meledak bom tersebut sudah dicabut dan dijinakkan oleh Sullivan. 


Teknisi Tiger Park (Jin Sunkyu)

Seorang mantan pemimpin kartel narkoba terbesar di bumi. Orang yang kejam, selalu menggunakan otot dan tidak segan mengayunkan kapak untuk menghabisi lawan. Namun di balik kekejaman dan kejahatannya, dia memiliki hati yang paling hangat dibanding awak lainnya. Dia menjual narkoba demi menghidupi anak-anak miskin. Menjadi buronan di bumi dan dijatuhi hukuman mati jika tertangkap. Maka dari itu Tiger Park melarikan diri ke orbit dan hidup secara ilegal di luar angkasa. Sebelum bergabung dengan Captain Jang, Tiger Park lebih dulu bertemu dengan Taeho dan bekerja sama untuk menjual barang ilegal demi mendapatkan uang juga. 


Momen-momennya bersama Kkotnim sangat mengharukan

Robot Updong / Bubs ( Yu Haejin)

Awalnya Yu Haejin dicasting hanya untuk mengisi suara Updong, namun dia menyarankan pada sutradara Jo, akan susah berakting hanya dengan suara, di saat lawan mainnya berakting sungguhan. Maka diputuskan Updong dihidupkan dengan teknologi motion-capture yang pertama digunakan dalam perfilman Korsel. Semua gaya yang dihadirkan oleh Updong diinisiasi oleh Yu Haejin sendiri, sutradara Jo berkata "Dengan Yu Haejin sebagai Updong, semuanya beres".

Pada versi movie,  Updong merupakan robot  buatan UTS yang diprogram untuk bertarung dan membunuh. Tapi karena sudah usang maka dia pun dibuang, sehingga ditemukan oleh Captain Jang di toko rongsokan. Kemudian Captain Jang memperbaiki dan memprogram ulang sehingga Updong punya kepribadian yang unik seperti manusia, punya emosi, impian, dan bisa bertarung juga bersenang-senang. Antara Updong dan Captain Jang pun ada keterikatan khusus,  rasa  saling menjaga dan melindungi. 

Ikatan antara Captain Jang dan Updong

Dorothy / Kkotnim (Park Yerin) 

Sutradara Jo memilih nama Dorothy yang artinya 'Pemberian dari Tuhan' dan memberi nama Korea kkotnim yang artinya 'Bunga'. Dorothy merupakan robot humanoid ( robot yang punya sosok seperti manusia), dinyatakan sebagai senjata berbahaya pemusnah massal tidak sesuai dengan penampilannya yang imut. Dan dengan sedikit plot-twist di tengah, Captain Jang menyadari dan menyelidiki dari berkas yang ada bahwa Dorothy bukanlah robot berbahaya. Dorothy adalah seorang anak manusia dari ilmuwan Kang Hyeonu yang digunakan sebagai percobaan nanobot sebagaimana Captain Jang di masa lalu. Beda dengan Captain Jang yang gagal sebagai objek eksperimen, percobaan pada Dorothy yang punya nama asli Kang Kkotnim berhasil, dia juga bisa berinteraksi dengan nanobot lain yang berada di obyek apapun, seperti memulihkan tanaman yang sudah mati dan mesin yang rusak. 

James Sullivan/ CEO UTS (Richard Armitage)

Masa lalu yang buruk, korban genosida dan penderitaan yang dialami semasa kecil,  mendorongnya menciptakan Eden baru bagi umat manusia terpilih. Mendirikan perusahaan UTS dan memulai koloni di luar angkasa, setelah itu berambisi menjadikan Mars sebagai bumi baru dan ingin menghancurkan bumi yang sudah tidak layak untuk ditinggali. Sullivan juga merupakan eksperimen nanobot, meski sanggup memperpanjang usianya hingga 150 tahun lebih, tubuhnya terus menerus mengalami efek yang makin memburuk sehingga harus melakukan perawatan berkala. 
Sullivan jugalah yang menciptakan sistem kasta di angkasa yaitu warga UTS yang merupakan kaum borjuis dan  non-warga yang merupakan kaum pekerja, mereka berurusan dengan pekerjaan di pabrik dan pekerjaan kasar termasuk pemulung angkasa. Sullivan mengejar Dorothy karena kekuatan nanobot di Dorothy sanggup menghidupkan pohon dan mempercepat kehidupan alam di Mars. 

Konsep Space Sweepers

Sutradara Jo Sunghee sudah memikirkan konsep ruang angkasa sejak 10 tahun lalu sebelum film ini diproduksi, bahkan sudah terpikirkan sebelum dia membuat "A Werewolf Boy".  Dia mendengar meningkatnya jumlah sampah di angkasa dan sampah ukuran kecil bisa melesat secepat peluru menjadi tantangan tersendiri yang kemudian memunculkan ide adanya pekerjaan pemulung angkasa. "Saya mulai menulis skenario dan berpikir apa yang bisa dilakukan orang Korea yang tangguh di mana pun mereka berada di belahan dunia, termasuk di luar angkasa." 

"Bagaimana jadinya sebuah ruang di angkasa jika batas antar negara menghilang? Jika kita membangun tempat tinggal dan tinggal di ruang angkasa, apa yang akan dilakukan orang Korea di tempat di mana semua ras bercampur? Melalui kisah sampah angkasa dan imajinasinya maka terciptalah pembersih ruang angkasa Korea yang hidup di luar angkasa."

Sebuah dunia dengan latar belakang luar angkasa di mana karakter utamanya adalah orang Korea, sutradara memutuskan untuk membuat film yang karakternya membuat pemirsa bersimpati pada mereka. Selama ini film SF luar angkasa dikuasai oleh Hollywood, namun Jo Sung Hee tidak  menampilkan konsep ruang angkasa dengan baju mewah dan pahlawan berkekuatan super. Sebaliknya Space Sweepers
 menampilkan para manusia biasa yang harus berkutat dengan masalah ekonomi dan kemiskinan. 



Tim Produksi Space Sweepers 

Membawa embel-embel sebagai film luar angkasa Korea yang pertama, membuat Space Sweepers mendapat banyak tekanan di awal bahkan sebelum mulai produksi. Selama ini movie SF kurang bisa diterima oleh penonton Korsel. Sebagian besar meragukan bagaimana menyajikan CG dengan budget terbatas, yang sangat jauh di bawah film-film Hollywood sejenis, sebut saja Star Wars, Star Trek dan Guardian of Galaxy. Bahkan budgetnya hanya separo dari movie Tiongkok, Wandering Earth atau Shanghai Fortress. (kedua film Tiongkok ini bisa ditemukan juga di Netflix)

Namun setelah menyaksikan  hasil akhirnya, ternyata di luar ekspekstasi, meskipun belum terlalu sempurna, tim CGI berhasil menyajikan aksi dan visual luar angkasa yang memukau. Memaksimalkan budget yang tidak sampai 10% dari film Holywood, hasilnya perlu diacungi jempol. Membuktikan film ini sebagai ujung tombak Korea untuk bisa menerobos genre SF luar angkasa yang selama ini didominasi oleh dunia Barat.

Pengerjaan CGI dikeroyok oleh 8 perusahaan dan mengerahkan lebih dari 1000 orang. Perusahaan yang terlibat antara lain :
*Dexter Studios ( Along With Gods , Ashfall)
*WYSIWYG (The Witch)
*Madman Post (Kingdom)
*Digital Idea (Its Okay to Not be Okay, Luca, Exit)
*Bottleship Vfx ( perusahaan Bulgaria yang ikut produksi movie Tiongkok "The Wandering Earth" dan "Shanghai Fortress" )
*Termasuk tiga perusahaan Tiongkok : Blaad Studios, M83,dan Doogle.

Sebuah Pesan Universal

Hidup Bersama
Pesawat Tim Victory dinamakan 승리호 (Seungriho, yang berarti Victory), sutradara berpikir bagus kalau bisa menjadi pemenang, namun pada akhirnya 'kemenangan' sesungguhnya adalah saat kita bisa hidup bersama dengan baik. ( hmmm.. di tengah dunia yang makin terpolarisasi dan meretaknya hubungan beberapa negara bukankah  kemenangan umat manusia yang  sesungguhnya jika semua bisa hidup berdampingan dengan baik? )


Berbeda dengan film-film Holywood SF yang menggunakan bahasa Inggris dalam keseluruhan film atau film Tiongkok SF yang berdialog dengan bahasa mandarin di sepanjang film.  
Sutradara Jo berpikir, di luar angkasa tidak ada batas-batas negara jadi bagaimana jadinya jika mereka semua bertemu? Space Sweepers memang produksi Korea namun mereka menyajikan beragam bahasa ibu dari masing-masing negara ( beberapa bahasa yang muncul : Korea, Inggris, Spanyol, Nigeria/Pidgin, Cina, Mesir, Belanda dan Filipina). Mereka mampu bercakap-cakap dengan bahasa masing-masing dikarenakan adanya alat bantu penerjemah yang menempel di telinga. 

( update 9 April 2021 - iklan Mashable, 
earbuds yang bisa menerjemahkan aneka bahasa real-time)



Semua manusia berbaur tanpa terhalang bahasa dan ras / negara 
(termasuk hidup simbiosis dengan robot?)

Kalau dilihat hal ini sangat memungkinkan terjadi di masa mendatang, sekarang saja penerjemah semacam google translate, papago dan sebagainya semakin berkembang dan kualitas terjemahannya sedikit demi sedikit semakin akurat. Kalau dipikir memang teknologi ini memudahkan namun juga mengerikan karena berarti akan 'membunuh' profesi-profesi yang berkaitan dengan bahasa? 

Hidup Bersama juga berarti menemukan keluarga baru. Berfokus pada tim Victory, bukankah mereka semua orang-orang yang kehilangan? Captain Jang yang orang tuanya dibunuh dan semua awaknya terbunuh. Taeho yang yatim piatu dan kehilangan anak angkatnya karena tubrukan sampah angkasa dengan pemukiman non-warga. Tiger Park yang melarikan seorang diri dan semua anak buahnya dihukum. Updong yang terabaikan di sampah rongsokan dan Kkotnim yang menjadi yatim piatu akibat ulah UTS juga. Dalam kesendirian masing-masing, mereka membentuk 'keluarga' baru' menjalani hidup harmonis, ada rekonisiliasi dan simbiosis bersama anggota lain meski sama sekali tidak punya hubungan darah. Sebuah utopia di dalam dunia distopia.


Dunia Space Sweepers : Sebuah Khayalan yang akan menjadi Kenyataan?

Space Sweepers dari segi alur cerita memang bukan termasuk 'The Best Movie' , terasa mencampur adukkan berbagai cerita luar angkasa. Namun demikian beberapa sisi filosofi sangat menonjol dan menurut saya pribadi berhasil menyajikan gambaran sebuah dunia baru (yang mungkin terjadi) di masa depan. Di satu sisi memang ini adalah sebuah film fiksi namun karena menyajikan karakter yang manusia biasa ( bukan manusia berkekuatan super atau alien).  Menonton para kru Victory bermain go-stop, kramas rambut, masak air dengan ketel listrik, pakai sepatu kets dan makan nasi bersama kimchi, membuat kehidupan mereka di angkasa berelasi dengan kehidupan manusia umumnya. 

Si Kaya vs Si Miskin
Hal lain yang membuat begitu akrab adalah bagaimana di masa mendatang kapitalisme masih sangat diagungkan, jurang kesenjangan sosial ekonomi juga semakin melebar. Kaum kaya bisa minum kopi,  menikmati air dan oksigen berlimpah juga pepohonan yang hijau. Sedang kaum miskin harus terus berusaha dan bekerja keras demi bertahan hidup, belum lagi tetap diharuskan membayar pajak kepada pihak pengelola. Bahkan beras pun menjadi barang yang super berharga dan istimewa yang hanya boleh dinikmati di hari-hari khusus.


Hunian UTS/kaum borjuis ( Bumi Datar memang ada wkwkwk...)

Bagian dalam Hunian warga UTS (asri dan luas)

HUNIAN NON-WARGA ( pemukiman kumuh dan berdempetan ^^)


Krisis Lingkungan dan Bumi yang tak dapat dihuni
Adegan pembuka digambarkan kondisi bumi yang sudah tidak mungkin ditinggali dengan nyaman, walaupun penuh dengan teknologi modern namun keadaan bumi tandus, banyak polusi, kemana-mana harus mengenakan masker khusus ( tidak terlalu berbeda dengan sekarang ya.. ). Gambaran yang umum pada film-film distopia dengan susahnya air, meningkatnya polusi, menghilangnya penghijauan,dst.  


Namun krisis lingkungan memang saat ini mendesak untuk diperhatikan. Ditambah adanya pandemi dan kenaikan sampah medis dan sekali pakai hingga 10 kali lipat nampaknya bisa menjadi masalah di masa datang. Bagi yang penasaran tentang krisis lingkungan dan efeknya di masa datang saya mereferensikan sebuah buku berjudul "Bumi yang Tidak Dapat Dihuni ( The Uninhabitable Earth - David Wallace-Wells) membahas banyak 'ramalan' sains, yang mungkin terjadi apabila krisis lingkungan diabaikan, seperti bencana alam yang semakin sering, bermacam-macam virus yang siap terbangun, kebakaran, krisis ekonomi hingga masalah sosial. 



SAMPAH LUAR ANGKASA /SPACE DEBRIS
Di bumi dan di angkasa, masalah sampah sama-sama mendapat perhatian khusus. Bagi orang awam, melihat profesi sebagai pemungut sampah luar angkasa rasanya sesuatu yang imajinatif dan di luar pemikiran kita. Namun profesi itu memang ada meskipun saat ini belum se-ekstrim yang divisualkan di Space Sweepers.  Kemajuan teknologi di bidang antariksa membuat semakin banyak satelit yang diterbangkan ke luar angkasa dan ada kehidupan di luar angkasa. 

Pesawat-pesawat pemulung di Space Sweepers saat beraksi
mengumpulkan sampah angkasa.

Menurut NASA, sampah angkasa tersebut membuat orbit Bumi penuh sesak. Para peneliti memperkirakan sekitar 34.000 objek puing dengan lebar setidaknya 10 cm dan 128 juta keping berukuran 1 milimeter berada di orbit Bumi. Sampah angkasa sebagian besar dihasilkan dari satelit tak terpakai, alat-alat astronot yang 'tertinggal' dan pendorong roket yang sudah selesai melakukan tugas namun masih melayang-layang. Ketika objek-objek tersebut bertabrakan, akan menjadi pecahan yang lebih kecil dan melaju sangat cepat.

grafis sampah angkasa (2017)

Sampah-sampah tersebut bisa menabrak obyek lain dan menyebabkan gangguan di bumi seperti GPS tidak berfungsi, dsb. ESA (European Space Agency) menggunakan robot 'bercakar' untuk mengumpulkan limbah-limbah angkasa yang nantinya dibawa ke atmosfer supaya hancur bersama gesekan panas. Namun penanganan sampah angkasa rupanya membutuhkan dana yang sangat mahal dan sampah tidak bisa hancur sepenuhnya, hanya menjadi obyek lebih kecil. 

Robot pembersih angkasa ESA

Beberapa hari lalu ( Kamis 16 Maret 2021), diberitakan ISS ( Stasiun Luar Angkasa Internasional ) juga membuang 2,9 ton sampah baterai bekas ke orbit bumi. Sampah ini merupakan obyek paling masif yang pernah dibuang dan diperkirakan jatuh ke bumi sekitar 2 - 4 tahun lagi. Nasa memperhitungkan sampah tersebut akan terbakar di atmosfer tanpa membahayakan bumi dan jatuh di laut, Meski beberapa astronom tidak yakin sampah tersebut akan terbakar sepenuhnya. 





Koloni di Luar Angkasa dan Kehidupan di Mars?????

Imajinasi Koloni di angkasa dan Mars



Tentang rencana kehidupan di luar angkasa dan Mars sebagai bumi baru hanya merupakan khayalan dan impian jika kita membicarakannya 10 atau 15 tahun lalu, namun semakin kesini semakin dekat dengan kenyataan. Elon Musk ( CEO Tesla) merupakan salah satu orang yang paling berambisi membangun koloni di Mars ( direncanakan tahun 2050 sudah terealisasi). Dia meyakini butuh 'melanggengkan' umat manusia jikalau ada meteor yang menabrak bumi atau terjadi WW III. Perusahaan Space X yang dirintis oleh Elon, terus melakukan pengembangan transportasi luar angkasa, bahkan nantinya manusia dari Los Angeles bisa menuju Shanghai hanya dalam waktu 30 menit. Meskipun sampai saat ini proyek-proyek Space X juga belum berhasil sepenuhnya.
Selain Space X ada perusahaan lain, Virgin Galatic ( Richard Branson) yang juga mengembangkan pesawat luar angkasa pribadi dengan membandrol 250.000 USD/trip/orang untuk berwisata ke luar angkasa. 


Bahkan untuk bisa 'tinggal' di luar angkasa, menurut beberapa sumber, di tahun 2027 sudah akan dibuka The Voyager Station, sebuah hotel luar angkasa yang bisa menampung sekitar 280 tamu dan 112 pekerja (bisa baca disini). Pengerjaannya tentu saja menggunakan robot-robot bukan oleh manusia tukang biasa. 

Ilustrasi interior hotel di luar angkasa

Dibanding movie-movie pendahulu bertema  manusia dan luar angkasa seperti Gravity, Martian, Interstellar, The Midnight Sky, dan sebagainya. Space Sweepers terasa paling sederhana dan membumi karena lebih akrab dengan kehidupan manusia awam, bukan manusia sebagai astronom ataupun ilmuwan. Dengan perkembangan teknologi yang demikian pesat, bisa jadi tidak perlu tunggu sampai tahun 2092 beberapa hal di Space Sweepers menjadi kenyataan. Semua hanya masalah waktu. 


NB : Yang masih menjadi ganjalan dan belum menemukan bahasannya adalah soal cara kerja nanobot ( tapi bisa jadi karena ini SF jadi ya sah-sah saja untuk bikin cerita lebih simple dan seru aja), satu lagi yang ngganjal, kenapa di masa depan justru kembali menggunakan uang kertas??? ^^ 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...