Pages

Senin, 07 Agustus 2023

Revenant - Drakor Slice of Life Berkedok Horor

Revenant, drakor yang sudah dinantikan sejak mulai berita casting akhir tahun 2021. Artikel-artikel menulis menantikan kolaborasi para 'harta yang dipercaya' Kim Taeri berduet dengan penulis top Kim Eunhee, yang mendunia lewat Kingdom dan drama bergenre unik lainnya seperti Sign, Signal, Phantom hingga Jirisan. Setelah penantian 2 tahun, drama ini resmi tayang 23 Juni 2023 dan hanya terdiri dari 12 episode! (bisa tonton legal di Disney+ hotstar). 

Revenant bergenre horor, tapi gak nakuti banget, maklum juga karena tayang di tv publik dan ratingnya 15 tahun. Jauh lebih nakutin Suzzanna atau Ju-on, setan di sini juga gak berwajah jelek (kecuali sekelibatan di ep 4 saja), gak pakai CG berlebihan atau adegan brutal eksplisit seperti The Guest. Warning aja: ada beberapa adegan bundir terutama gantung diri, jadi bagi yang mudah ketrigger lebih baik jangan nonton. 

Hingga pertengahan tahun 2023, Revenant jelas menjadi drakor terbaik tahun ini. Kim Eunhee yang dikritik habis-habisan di Jirisan (mulai alur gak jelas, CG ala indosiar, PPL ngiklan terlalu nyata) berhasil bangkit lewat Revenant. Naskah yang dipersiapkannya selama 2 tahun, booking Taeri sejak naskah belum ditulis membuktikan cerita dan karakter yang ada di Revenant jauh lebih hidup.




Selasa, 19 Oktober 2021

Sajak "Di Kebon Binatang"

Seorang wanita muda berdiri terpikat memandang ular yang melilit sebatang pohon sambil menjulur-julurkan lidahnya; katanya kepada suaminya, “Alangkah indahnya kulit ular itu untuk tas dan sepatu!”

Lelaki muda itu seperti teringat sesuatu, cepat-cepat menarik lengan istrinya meninggalkan tempat terkutuk itu.


-Sapardi Djoko Damono “Di Kebon Binatang” ( Mata Pisau,1993, hlm 51)-

Senin, 04 Oktober 2021

Piring di Perjamuan

Kita mengenal sebuah karya seniman terkenal berkebangsaan Italia, Leonardo da Vinci, lukisan berjudul “The Last Supper/Perjamuan Terakhir” yang terselesaikan di akhir abad XIV. Di beberapa rumah orang nasrani Indonesia dipastikan lukisan serupa (tentunya bukan yang asli), terpaku di tembok ruang utama sebagai pengingat makna. Pada lukisan tergambar Yesus beserta kedua belas murid, duduk bersama di sebuah meja panjang. Pada meja terdapat cawan-cawan anggur dan beberapa hidangan yang tentunya diletakan di atas piring-piring. Piring-piring hadir dalam perjamuan. Leonardo melukiskan piring terlihat dari material logam dan keramik. Lukisan merupakan imajinasi dari pelukis, dapat berbeda dengan kejadian sebenarnya. Yesus dan para murid belum tentu duduk di kursi, melainkan lesehan dengan meja pendek. Dan bisa saja piring bukan terbuat dari logam atau keramik melainkan batu atau tanah. 

Terlepas dari cara menata di meja dan bahan pembuatnya, piring dipastikan keberadaannya pada acara itu. Piring menjadi saksi bisu bagaimana cara Yesus memecah-mecah roti dan minum anggur memperingati kesakralan, juga menjalani waktu-waktu terakhir bersama para murid.


Senin, 13 September 2021

Rumah dan Penghuninya

Jepang, paska Perang Dunia II, musim panas tahun 1958, terlihat pada film animasi “Tonari no Totoro”(1988)  besutan Studio Ghibli. Keluarga profesor arkeologi universitas, Tatsuo Kasukabe harus pindah ke pinggiran Jepang, mencari rumah yang berdekatan dengan rumah sakit yang merawat istrinya. Pindah ke rumah baru bersama kedua putrinya, Satsuki berusia 10 tahun dan Mei 4 tahun. Jalan menuju rumah terdapat sungai yang ber-ikan dan ber-kecebong. Di seberang rumah, sawah-sawah membentang. Mereka membeli rumah tak berpagar menyatu dengan hutan berpohon kamfer dan lahan hijau luas mengelilingi. Bangunan rumah sudah reyot, terbuat dari kayu yang sebagian sudah lapuk. 

Senin, 23 Agustus 2021

Surat-suratan

Di sela-sela baca dan nulis, nonton film menjadi hiburan disertai rebahan di sofa, syukur-syukur sambil ngemil biar badan tambah subur. Mantengi sebuah film Korea enteng yang mengisahkan romansa alusan orang muda berjudul “Setelah Hujan Berlalu” (Waiting for Rain). Yang bisa ditonton secara legal di lapak ijo dan kuning dengan membayar sejumlah uang untuk berlangganan. 

Kamis, 12 Agustus 2021

Mata yang Melihat

“Mata bukan hanya berfungsi melihat, 
mata melihat dalam arti mencari makna dalam dunia 
karena tanpa makna hidup manusia tiada artinya. “ 
(Seno Gumira Ajidarma, Kisah Mata, 2016:129)



Memotret merupakan salah satu kegiatan yang berhubungan erat dengan mata. Kegiatan potret-memotret hal yang lumrah dilakukan di masa kini. Memotret di tahun 1900-an hanya bisa dilakukan oleh kalangan terbatas karena biaya yang tinggi. Memotret yang dulu hanya dilakukan oleh fotografer dengan kamera berukuran besar, kini bisa dilakukan oleh semua orang. Kamera potret tersedia di semua gawai. Produsen gawai berlomba-lomba meningkatkan kualitas potret yang dihasilkan. Tidak puas dengan satu lensa, diberilah dua , tiga, hingga lima lensa dalam satu buah gawai. Masing-masing lensa mempunyai tugas masing-masing. Terdiri dari lensa lebar biasa untuk foto lansekap/pemandangan, lensa potrait dengan bokeh, lensa makro untuk obyek-obyek kecil, lensa tele  yang bisa memotret jarak jauh, dan lensa swa-foto yang terletak di atas layar gawai. Dibekali beragam lensa menjadikan pengguna awam bak fotografer profesional. Hingga lahirlah paradigma, bahwa kamera canggih dan terbaru akan menghasilkan foto yang terbaik. Manusia diperbudak teknologi dan kamera sebagai alat, makna keberadaan mata dan potret sesungguhnya jadi terlupakan.

Dalam buku “Time Traveller” (2013), Darwis Triadi menuliskan “Profesi fotografer itu mungkin tak ada bedanya dengan seniman lukis. Seorang seniman lukis, menangkap sebuah image untuk kemudian dituangkan melalui media cat dan kuas di atas kanvas. Tentu saja ada ikatan batin yang kuat antara objek dan seniman yang bersangkutan agar lukisan yang tercipta memiliki jiwa.” Potret dan lukisan sama-sama merupakan karya seni yang mewakili mata, jiwa hingga kehidupan spiritual senimannya.

Sabtu, 31 Juli 2021

Olimpiade dan Perempuan

Setelah tertunda satu tahun, Olimpiade Tokyo 2020 diselenggarakan tahun 2021 ini. Demam Olimpiade melanda dunia, pandemi terlupakan barang sejenak, paling tidak hingga 8 Agustus mendatang. Media yang selama beberapa bulan terakhir terus menerus menyuguhkan berita Covid-19 kini berganti menayangkan siaran langsung berbagai cabang pertandingan  Olimpiade. Meski digelar tanpa penonton, semangat sportivitas dan dukungan masyarakat untuk masing-masing negara terus mengalir lewat media sosial. Tidak mengurangi euforia kehadiran, masyarakat hadir di dunia maya. Sorak sorai lapangan tergantikan cuitan-cuitan Twitter. Kejutan demi kejutan turut meramaikan momen bersejarah yang (seharusnya) terselenggara 4 tahun sekali. Beberapa atlet peringkat satu dunia berhasil dijegal oleh atlet yang tidak dielukan. Beragam komentar dukungan juga hujatan terus membanjiri momen-momen yang berjalan. Ada yang menerima kekalahan dengan lapang dada seraya mengapresiasi jerih payah atletnya, namun ada juga yang dongkol, tidak puas, kecewa karena jagoannya menyia-nyiakan kesempatan langka untuk memperoleh kemenangan. Hari demi hari, satu persatu pemain bertumbangan. Sebagian harus mendahului pulang dengan tangan hampa, sebagian masih tinggal untuk meneruskan perjuangan membela negara, dan sebagian dipastikan setidaknya membawa pulang satu medali emas atau perak ataupun perunggu sebagai bukti kemenangan bela negara.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...