“Terdapat satu ‘spesies’ kupu-kupu yang belakangan meresahkan penikmat drama Korea” (Jawa Pos, 18 Juli 2021). Park Jae-on, sang pria bertato kupu-kupu dalam drama “Nevertheless”, jago membuat para wanita rela jatuh ke pelukannya dan juga kasurnya.
Kupu-kupu yang memikat para kaum muda hawa termasuk warganet
Indonesia, bahkan mereka pun bercuit dirinya bagaikan Yoo Na-bi (Nabi 나비=kupu-kupu), wanita yang terpikat pada pria kupu-kupu.
Sadar kalau dirinya jatuh cinta dengan pria brengsek, rela dimadu demi
memuaskan nafsu. Mereka bercuap itulah
kebebasan, bebas terbang kesana kemari mencicipi tiap bunga yang bermekaran
indah. Bebas memilih bunga bernektar manis atau
bunga bermahkota lebar atau pun bunga yang mungil sederhana, bebas pilih
bunga apa saja tanpa perlu ikatan apa pun.
Apa itu komitmen? Apa itu ikatan? Tak ada guna menikah kalau untuk
bercerai. Kebebasan jauh lebih indah dan memuaskan (sesaat).
Bermodal corak sayap menawan, indah penuh warna, kupu-kupu
membuat terlena. Memikat dengan keanggunan kepakan sayapnya. Namun, sosok
lamanya yang rakus, yang dulu sanggup melahap puluhan lembar daun masih belum
terlupa di benaknya. Berganti, puluhan bunga dicomblangi juga disedot keperawanannya
tanpa ba bi bu. Dengan mudahnya dia berayun dari bunga yang satu ke bunga yang
lain. Kupu-kupu lalu terbang menjauh
tanpa kata-kata perpisahan , tanpa menjalin ikatan, bunga ditinggalkan begitu
saja, terdiam dan membisu. Kalau bunga
bisa ngomong pasti akan terucap kata hujatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar