Sebuah karya terbaru dari Park Chan Wook yang sudah pasti masuk daftar, menantikan gebrakan apalagi dari sutradara yang gila satu ini. "No Other Choice" mendapat review sempurna 100% dari kritikus Rotten Tomatoes (per 2 Oktober 2025), namun sebaliknya, pendapat knetz terpecah antara suka dan tidak suka. Sebagian merasa sangat relate dengan ceritanya. Kubu kecewa pun terbagi antara yang tidak bisa menerima keputusan karakter utama atau kekecewaan karena menaruh ekspekstasi terlalu tinggi pada Park Chan Wook.
Park Chan Wook menunjukkan kepiawaiannya dalam mengolah semua elemen mulai dari detail-detail bangunan, tanaman, lighting, framing, mikro ekspresi para aktor, hingga metafora visual menjadikannya makin lengkap. Permainan suara dan musik pun tak ketinggalan, selain beberapa lagu membuat adegan semakin ikonik, detail-detail suara background yang sangat kecil pun turut diperhatikan demi kesempurnaan sebuah adegan, hingga dapat membuat kita ikut terheran, kok bisa kepikiran seperti itu. Meskipun tidak sebombastis Old Boy atau pun The Handmaiden, Park Chan Wook tetap menunjukkan taringnya sebagai seorang pencerita unggul, membuat kita menantikan, apa lagi karya selanjutnya?
Dibuka dengan kehidupan keluarga Mansu (Lee Byung Hun) yang mapan dan bahagia, mengadakan barbeque di rumah mereka yang bertaman luas serta rindang banyak pepohonan besar. Mansu merupakan seorang pekerja di pabrik kertas besar Solar Paper, sudah dipercaya selama 25 tahun juga seorang pecinta tanaman. Bersama Miri (Son Yejin), istrinya, seorang janda beranak satu Siwon/Si-one, mereka punya anak perempuan 'genius' Cello, Riwon/Ri-one, tak ketinggalan dua ekor anjing yang dinamai sesuai anak-anak mereka, Si-two dan Ri-two.
Namun, ternyata roda tetap berputar, dalam hitungan menit kebahagiaan berubah menjadi musibah, daging belut premium dikirimkan bersama surat cinta perusahaan yang bertuliskan "Terima kasih telah bekerja bersama kami selama ini." Mansu yang sebelumnya mengelu-elukan pimpinan dan perusahaannya, berbalik membenci dan melontarkan caci maki. PHK bukan sekedar memutus kontrak kerja, tapi 'memenggal kepala'. Mansu yang kepala keluarga mendadak jadi pengangguran, berjanji akan mendapatkan pekerjaan baru dalam tiga bulan demi kestabilan dan kenyamanan istri dan anak-anak. Ada banyak yang harus dibiayai, kebutuhan rumah, les tenis Miri, klub dansa, les cello Ri-one, hingga berlangganan Netflix.
Waktu berlalu, dalam 13 bulan, Mansu tetap belum mendapatkan pekerjaan yang layak. Duit pesangon semakin menipis, surat-surat tagihan dan tunggakan KPR mendatangi kotak pos. Miri mulai mengatur keuangan keluarga dan memberhentikan semua biaya bulanan yang tidak esensi seperti langganan Netflix dan les tenis, kembali bekerja paruh waktu di dokter gigi, serta mengusulkan agar rumah serta sebagian isinya dijual lalu pindah ke apartemen kecil, dan barang-barang yang tidak perlu dijual. Mansu keberatan, dia sangat menyayangi rumah keluarganya yang sempat dibeli kembali dengan susah payah dan di apartemen dipastikan dia tidak dapat menanam sedemikian banyak pohon.
Terdesak oleh waktu dan kepentingan keluarga, Mansu memutar otak demi bisa diterima di sebuah perusahaan kertas besar Moon Paper. Dia membuka lowongan kerja palsu untuk melihat para pelamar yang punya peluang besar untuk diterima di pabrik kertas sehingga terpilih 3 orang calon yang sama kompeten dengannya bisa disingkirkan.
1. Bummo (Lee Sungmin): seorang penggila analog dan veteran di bidang kertas, menganggur sebagai pemabuk, punya istri bernama Ara (Yeom Hyeran) yang terobsesi menjadi artis, terus-terusan ikut audisi walau kunjung tak lolos. Rumah mereka terpencil di area pinggiran dan di tengah hutan.
2. Go Sijo (Cha Seungwon): mantan teknisi pabrik kertas yang jadi SPG sepatu, punya anak remaja putri yang masih mengandalkannya.
3. Choi Seunchul: seorang mandor di perusahaan kertas besar Moon Paper, punya posisi yang diincar oleh Mansu. Karir idaman tapi rumah tangga di ujung tanduk, sudah berpisah 6 bulan dengan istrinya.
Mansu merencanakan mengeliminasi ketiga orang tersebut, karena dia yakin kalau mereka bertiga lenyap, maka jabatan yang diidamkannya sudah pasti di tangan. Mansu bermodal pistol jadul Korea Utara yang biasanya dipajang sebagai warisan kakeknya saat Perang Vietnam mulai mendatangi calon korbannya. Tentu saja sebagai seorang pemula yang tidak pernah membunuh, hati Mansu bergejolak. Dia mulai mendatangi calon korbannya satu persatu dimulai dari Bummo. Park Chan Wook menunjukkan kegilaannya, lewat ekspresi dan akting ketiga orang (Mansu, Bummo, dan Ara), ditambah alunan lagu jadul Cho Yongpil 고추 잠자리 · 조용필 membuat adegan ini jadi salah satu scene paling berkesan. Khususnya applause untuk Om Sungmin dan Yeom Hyeran.
Singkat cerita setelah semua kompetitornya lenyap. Anak dan istri Mansu turut menutupi kesalahannya, seumur hidup memutuskan hidup bersama 'pohon dosa' yang ditanam di halaman rumah, toh yang penting keluarga mereka kembali harmonis dan mapan.Mansu berhasil diterima di perusahaan kertas modern dan tidak membutuhkan banyak pekerja. Sistem bekerja cukup mengoperasikan dan mengawasi robot-robot AI produksi. Seorang diri tanpa ada pekerja manusia lainnya. Terkesan anti klimaks namun ironis, meninggalkan after-taste yang membekas, sebuah refleksi kesepian dari masa depan dunia industri dan dunia kerja nantinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar